Mas Guru: “Peserta UN yang Bikin Malu”

*Klik gambar untuk melihat lebih detail.

 .

 .

Pekan Ujian Nasional bagi siswa Sekolah Menengah telah usai. Berakhirnya masa ujian ini membuat kelegaan bagi orangtua, guru, dinas pendidikan dan aparat keamanan. Terlebih bagi peserta ujian sendiri yaitu para siswa kelas 12 SMA dan 9 SMP.

Rasa lega yang siswa rasakan sangatlah wajar. Akan tetapi, hal ini  seringkali diungkapkan dengan cara yang salah. Karena merasa terbebas dari tekanan, sebagian dari mereka ber-euforia secara berlebihan. Coret-coret baju, kebut-kebutan di jalan sampai merusak fasilitas umum.

Pantaskah mereka berbuat demikian? Tentu saja dengan alasan apapun tidak ada yang membenarkan. Terlebih lagi bagi siswa yang kalau belajar malas-malasan dan saat ujian contek-contekan. Sebenarnya apa yang mereka banggakan dari sebuah kelulusan? Toh, tak banyak usaha yang mereka keluarkan.

Sahabat, tulisan ini bukan bermaksud merendahkan siswa yang kemarin menghadapi ujian. Karena saya yakin masih banyak lagi siswa yang lebih patut untuk dibanggakan. Dan merekalah yang lebih layak untuk merasakan kelegaan setelah ujian. Saya hanya berpesan, mohon perayaannya dilakukan secara wajar.

7 tanggapan untuk “Mas Guru: “Peserta UN yang Bikin Malu”

  1. Energi remaja untuk “bereuforia” tidak mungkin kita padamkan begitu saja pak guru.
    Mungkin kita bisa memilihkan “cara penyaluran energi” yang lebih tepat 🙂
    Keep creative dan tetap sayangi anak didik

    1. Insyaallah, Uni.
      Kami tetap menyayangi mereka. Hanya saja ingin berbagi kegundahan dan keresahan kami (halah…)
      Sehingga seluruh masyarakat juga bisa turut serta menangani masalah ini.

  2. Fenomena tsbt saat ini bukanlah hal yg baru , bahkan sudah tersistem dan membudaya di kalangan siswa/sekolah tertentu.lihat juga
    (http://ummammara.wordpress.com/2011/07/03/fenomena-contek-massal/).

    Ini menunjukan “Potret buram dunia pendidikan Indonesia saat ini”

    Tapi yg jelas kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan siswa terhadap kecurangan/ketidakjujuran, sikap yang tidak semestinya(ex:berlebihan) mereka lakukan.
    Karena masalah pendidikan seperti mata rantai, saling terkait satu dg yg lainnya (ortu, guru, masy., pemerintah, dll)

    Untuk menangani kebiasaan buruk ini dperlukan peran dari berbagai pihak terkait, terutamanya peran seorang guru sbg Transmitor (penerus). Seorang guru tdk hanya menyampaikan ilmu tapi juga menyampaikan sistem-sistem nilai berkarakter kepada peserta didik. Nilai yg dsampaikan termasuk nilai2 kejujuran & sikap tdk berlebihan.

    Semoga potret ini bisa menjadi bahan introspeksi bagi para pendidik/guru di negeri ini untuk semakin memperhatikan pendidikan karakter bagi peserta didik.

  3. Setuju dengan pernyataan pak guru dirayakan sewajarnya…
    aku suka dgn ciri khas blognya dgn avatar dan komik strip. Keep it up…
    Mengingatkan aku pada blogger besar niwatori yg mencitrakan diri dgn komik2 chicken strip nya 🙂

Selesai membaca, silahkan tulis komentar sahabat di bawah ini ↓